• Ide-ide yang Hidup untuk Nutrisi Budi

    Pada waktu saya berusia balita sampai dengan SD, saya sering sekali diajak oleh Papa saya ke Toko Buku Gunung Agung yang letaknya tepat di Gedung Internusa (sekarang Pangrango Plaza & RS Siloam) di depan Kebun Raya Bogor pintu III. Di toko tersebut saya dibebaskan membaca dan memilih buku mana yang saya mau beli. Beberapa buku yang gambarnya menarik seringkali menarik perhatian saya, tapi hanya beberapa buku saja yang saya ingat pada usia tersebut hingga sekarang dan kadang seringkali terngiang cerita, tokoh, dan gagasan, dan pengalaman-pengalaman yang dihadirkan dalam buku tersebut yang membuat saya berpikir dan bertanya kenapa dan kenapa setelah saya membaca buku-buku yang sepertinya terus melekat itu.

    Buku yang dibeli tahun 1994 di Toko Gunung Agung Bogor dengan harga Rp 3.500, buku ini sudah diberikan ke Rangga
    (lebih…)
  • Prinsip-prinsip Charlotte Mason dalam Pendidikan Karakter Anak

    Prinsip-prinsip Charlotte Mason dalam Pendidikan Karakter Anak

    “Sepertinya ada yang belum terjawab? Kenapa ya?” kata Charlotte Maria Shaw Mason di setiap malam yang tenang di kamarnya dikala ia mengevaluasi ragam pemikiran filsuf masa lalu. Kira-kira mungkin seperti itu reka ulang imajinasi saya ketika membayangkan situasi yang terjadi puluhan tahun silam

    Bertahun-tahun mempelajari tentang pemikiran para filsuf terdahulu dan menjadi praktisi pendidikan membuat Charlotte Mason (CM) resah, gelisah dan tidak puas. Seperti ada kurang dan belum menjawab hal-hal yang penting seutuhnya dalam pendidikan, dalam hidup. Apalagi ketika melihat sistem pendidikan Inggris dan Eropa pada saat itu dimana terlihat banyak kegagalan. Banyak saran, opini, model dan modul terhadap sistem pendidikan tapi belum menjawab pendidikan karakter yang bisa lebih adaptif terhadap situasi, lebih holistik dan berlandaskan hukum kebenaran yang universal.

    Keresahan yang dirasakan oleh CM terasa sekali dari paparan Mba Ayu di kelas fondasi CM bagian kedua yang menceritakan tentang usaha CM selama 30-40 tahun untuk menguji segala metode pendidikan dengan menggunakan proses induktif dan aplikatif. Perjalanan CM akhirnya membuahkan suatu bentuk, suatu panduan, bukan dalam metode kaku, tapi dalam prinsip. Ya, prinsip. Sebuah kata yang membuat kami para peserta bingung dan merasa ‘malam Sabtu ini lumayan berat yah’ 🙂

    Apa itu prinsip? Apakah di dalam prinsip ada motif? Apakah prinsip itu sesuatu yang pasti akan berlaku setiap waktu dalam setiap individu? Prinsip kamu apa?

    Pertanyaan demi pertanyaan hadir dalam diskusi. Ini membuat saya semakin berpikir dan kembali mempertanyakan tujuan dari pendidikan yang muncul di pertemuan pertama.

    Ada apa dengan prinsip dan kenapa harus prinsip dalam pendidikan anak?

    Prinsip sangat penting dalam filosofi pendidikan CM. Prinsip akan menjadi fondasi dan landasan individu (misalnya anak) akan merespon dan bertindak terhadap suatu hal. Prinsip akan memandu manusia untuk bertindak selaras dan melakukannya dengan penuh kesadaran. Sesuatu bisa jadi prinsip, bukan hanya dibicarakan saja, tapi juga dipahami. Dengan adanya prinsip, pendidikan akan lebih adaptaif tidak lagi mengkotak-kotakan metode yang dipakai tapi akan lebih menyesuaikan dengan situasi keluarga, lingkungan, dan tak lekang oleh waktu.

    Lalu apa saja prinsip atau butir dalam pendidikan CM?

    Prinsip dalam memandang anak: anak sebagai individu yang utuh

    • Dalam memandang anak, kita menerapkan sudut pandang dan harus memahami betul bahwa anak merupakan manusia yang dari lahir mempunyai kepribadian yang utuh. Setiap anak sudah punya template-nya masing-masing dan bukan sebagai ember kosong atau kertas kosong yang bisa diisi sesuka hati secara otoriter tanpa kesepakatan
    • Cara berkomunikasi dan berelasi dengannya, sama dengan kita berelasi dengan manusia lainnya. Setara, semartabat, dan saling menghargai. Kesepakatan, sadar akan haknya dalam menentukan pilihan, dan memfasilitasinya untuk bisa belajar memenuhi kewajibannya adalah bagian dari proses pemenuhan prinsip
    • Yang perlu dipahami adalah, bahwa anak tidak pakem baik dan buruk tapi ada kemungkinan baik dan buruk

    Prinsip dalam otoritas dan ketaatan: keduanya bersifat alamiah dan dibatasi oleh respect

    • Otoritas dan ketaatan berlaku bagi semua orang, baik diterima atau tidak itu adalah sesuatu yang alamiah yang harus dipenuhi untuk menciptakan keharmonisan
    • Namun dalam menerapkannya kepada anak, kita sebagai orang tua harus menghargai kepribadiannya, karena otoritas bukanlan lisensi untuk menyakiti anak.
    • Orang tua dilarang mempermainkan rasa cinta, rasa takut, sugesti, atau kharisma, atau hasrat-hasrat alamiah anak lainnya

    Prinsip dalam instrumen pendidikan: Pendidikan adalah atmosfir, disiplin, kehidupan

    • Pendidikan adalah atmosfir ini saya memahami bahwa anak mempunyai kebebasan dalam berpikir dan belajar dari aktivitas alamiah kesehariannya yang nyata. Bukan menciptakan atmosfir yang dibuat-buat atau artifisial
    • Pendidikan adalah disiplin – sesuatu yang dilakukan secara rutin, terencana, sehingga melahirkan kebiasaan-kebiasaan yang positif yang berkelanjutan. Bukan dengan paksaan, tapi dengan berkesadaran. Sedikit demi sedikit lama-lama jadi habit.
    • Pendidikan adalah hidup. Ragam pengetahuan, wawasan, gagasan adalah hak anak untuk mendapatkannya. Orang tua didorong untuk memfasilitasinya ketika anak yang secara naluri dan alamiah mempunyai rasa ingin tahu dengan hal tersebut. Karena ini akan menjadi bekal hidup seiring tumbuhnya usia. Mungkin di usia awal anak, orang tua sebagai mentor, tapi seiring berkembangnya usia, orang tua bisa saja menjadi teman belajar bersama.

    Prinsip dalam penerapan instrumen pendidikan: paham tentang perilaku akalbudi dan betapa luar biasanya pikiran dan kemampuan anak dalam belajar

    • Akalbudi adalah berkah Sang Pencipta yang ada dalam anak kita. Akalbudi ini dirancang untuk menerima, mengolah pengetahuan menjadi sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu, melatih anak untuk memanfaatkan akalbudinya sangat perlu dilakukan.
    • Akalbudi bersifat aktif, tidak pasif. Metode belajar dengan narasi yang indah, berdiskusi, dan mengaitkannya dengan hal-hal nyata yang ada di sekitarnya lebih penting dibanding membebani anak dengan tsunami informasi.
    • Menyajikan fakta dan alasan dalam menyajikan ide sesuai dengan minat, bukan sebagai doktrin tanpa latar belakang.
    • Menggunakan pendekatan yang kontekstual dalam setiap topik pendidikan. Sehingga anak bisa menghubungkan dan merelasikan pengetahuan tersebut dengan masalah atau kebutuhan yang ada. Bukan pengetahuan yang akhirnya tidak ada manfaatnya.
    • Rancang kurikulum tanpa membedakan kelas sosial (prinsip kesetaraan) dengan mempertimbangkan tiga aspek: kuantitas, variasi, dan kualitas
    • Prinsip sekali baca (single reading) kemudian dinarasikan harus disiplin dilakukan. Bukan dengan model pengulangan terus menerus yang melemahkankan. Pengetahuan hanya akan menjadi hafalan saja jika proses pengulangan bacaan dilakukan. Untuk anak bisa memiliki pengetahuan tersebut harus dinarasikan dan dipraktikkan.

    Prinsip dalam pembimbing pertumbuhan moral dan intelektual anak: mengenalkan hukum kehendak (the way of the will) dan hukum nalar (the way of reason)

    • Anak diajari agar bisa membedakan keinginan dan kebutuhan, sehingga ia bisa mempunyai kemampuan dalam berkehendak. Pengalaman mencoba kegiatan secara spontan, baik berhasil ataupun gagal merupakan proses pertumbuhan moral dan intelektual yang baik. Cara ini tidak membunuh orisinalitas karakternya.
    • Anak diajari cara mengelola nalar terhadap sesuatu ide, gagasan, atau situasi yang harus ia kehendaki. Tujuannya agar ia bisa menentukan pilihannya secara sadar, tahu resiko, tidak asal-asalan. Pada akhirnya anak bisa belajar kecewa dan bahagia dari pilihannya itu.

    Prinsip dalam menerapkan kebenaran: sains dan spiritual tidak terpisah. Keduanya saling melengkapi

    • Kebenaran universal adalah kebenaran yang berlaku dan hadir dalam setiap insan, karena kebenaran itu berasal dari Tuhan.
    • Kebenaran yang didapat dari proses sains dan spiritual bisa diterima oleh anak sebagai kebeneran yang memandunya untuk seimbang dalam hidup di dunia

    Menarasikan prinsip CM ini membuat saya dan istri punya sekali banyak PR, bukan PR bagi anak tapi bagi kami sebagai orang tua. Karena pada hakikatnya prinsip yang adaptif terhadap ragam situasi keluarga, lingkungan dan jaman ini akan bisa jadi prinsip kami ketika kami paham dan mencoba menerapkannya sedikit demi sedikit dalam keseharian. Mudah untuk dibaca butuh proses dan usaha untuk bisa diinternalisasi dalam perjalanan berlajar caranya hidup saya, Fety, dan Rangga.

  • [Slides] 20 Buku yang Direkomendasikan oleh Para Tokoh Dunia

    Saya pernah ikut sebuah talkshow pada tahun 2006 silam tentang self-development. Dari talkshow tersebut dibahas suatu konsep yang menarik tentang bagaimana membaca buku bisa mengubah seseorang di masa depan. Kira-kira konsepnya seperti ini:

    keadaan kita hari ini adalah cerminan dari apa yang kita baca lima tahun lalu. Diri kita lima tahun yang akan datang adalah sebuah hasil dari apa yang kita baca hari ini

    Benarkah demikian ? (lebih…)

  • Bill Gates says the best thing you can do for kids is read with them

    Bill Gates says the best thing you can do for kids is read with them

    Damn right! Precisely!

  • Ingin Lebih Maksimal Lagi Berjualan Online, 4 Ide Ini Bisa Diterapkan oleh Toko Online di Indonesia

    Selain mobile nation, terkait dengan industri digital, negara kita mungkin cocok disebut sebagai ecommerce nation, atau online shop nation. Menurut IdEA, dalam 5 tahun ke depan pertumbuhan online shopper / pengguna internet yang melakukan belanja online bisa mencapai 75 juta. Berikut adalah cuplikan datanya:

    Sekilas data eCommerce di Indonesia menurut IdEA
    Sekilas data eCommerce di Indonesia menurut IdEA

    Tentunya tren ecommerce / toko online ini akan terus berkembang dan meledak. Bayangkan, setiap ada media sosial baru, tiba – tiba tidak lama kemudian muncul lapak. Tiba-tiba profile page mendadak berubah menjadi tempat jualan. Sampai-sampai di postingan apapun selalu saja muncul komentar jualan. Sebagai konsumen, saya malah men-cap negatif untuk toko online yg menjalankan praktik seperti itu. You give ecommerce a bad name!

    Spam Toko Online
    Spam Toko Online yang lumayan merisihkan. Semakin risih ketika muncul di komentar idola kita 🙂

    Dua tahun terakhir ini saya lumayan banyak melakukan aktivitas belanja online. Tidak seperti tiga – empat tahun lalu, dimana saya belanja online-nya masih menggunakan cara tradisional di forum/kaskus/mailing list. Apalagi metode pembayarannya masih menggunakan transfer bank manual kemudian buktinya dikirim, atau menggunakan metode COD (Cash on Delivery).

    Sekarang, toko online sudah semakin baik: keamanan, kredibilitas, sistem pembayaran, proses pengiriman, harga yang lebih bersaing, dan tanggapan customer service yang cepat. Apalagi saat ini sudah ada asosiasi seperti IdEA (Indonesia Ecommerce Association) yang giat dan aktif berkontribusi.

    Ada tujuh kategori ecommerce berdasarkan jenis produk yang dijual yang sudah saya rasakan pengalaman berbelanja, yaitu tiket pesawat & hotel, fashion, elektronik, gadget, buku & majalah, keperluan bayi & rumah tangga, sampai dengan groceries. Pengalaman yang saya rasakan berbeda-beda, baik pengalaman negatif sampai dengan yang sangat positif. Berdasarkan pengalaman tersebut saya punya 4 masukan/ide bagi pembaca blog ini yg akan atau sedang menjalankan toko online.

    (lebih…)

  • Framework ini bisa digunakan untuk mengkategorisasi online audience ketika sedang membuat strategi komunikasi digital

    Ketika sedang membuat strategi digital untuk sebuah brand, saya mendapatkan sebuah gambaran/situasi/struktur pengguna internet terhadap informasi. Awalnya saya mengira framework ini hanya sebuah penggambaran dari user search intent (keinginan/niat pencarian pengguna) saja seperti berikut:

    Klik image untuk melihat lebih jelas
    Contoh pada brand susu soya. Klik gambar untuk ukuran yang lebih besar.

    Ternyata setelah dieksplorasi lagi, framework ini tidak hanya saya dapati dalam situasi konsumen mencari informasi saja, tetapi juga bisa digeneralisasi untuk berbagai macam kebutuhan strategi komunikasi. Diantaranya untuk mengkategorisasi audience untuk basis strategi content marketing, membangun persepsi, isu dan gerakan sosial, sampai dengan krisis komunikasi. Sebagai contoh jika framework ini diterapkan untuk isu & gerakan sosial: (lebih…)

  • 27 and still counting

    Beberapa tahun lalu, sekitar tahun 2010 pertengahan, saya membaca beberapa profil digitalpreneur yang sukses di usia 26, tidak hanya sukses dari sisi bisnis tapi ada juga yg sukses dari sisi impact sosial yang dia buat. Saat itu saya berkata pada diri sendiri, “Saya juga di usia tsb harus bisa seperti mereka”

    Alhamdulillah di usia 26 saya dan partner merintis Communicaption. Meskipun sama sekali belum terlihat dampak profit yang signifikan dan tentunya social impact yang belum terasa, tapi Alloh menjawab keinginan saya, dan berharap saya terus mengejar cita-cita saya tsb. (lebih…)

  • Bagaimana agar konsep Work-Life Balance bisa terlaksana dengan baik

    Nigel Marsh, pakar marketing, strategi, dan organisasi kreatif melakukan pencarian eksperimen tentang bagaimana konsep work-life balance bisa bekerja. Berikut adalah penjelasan yang ia ungkap di TED:

  • An Unexpected Journey (part Two) – #Zeitgeist2013

    Di post sebelumnya, saya janji untuk menceritakan apa saja yang menarik di 2013. Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan saya di 2012.

    Berikut adalah momen yang mewarnai 2013:

    Menjadi Trainer

    training imiii

    Satu tahun terakhir ini saya aktif menjadi trainer & instructor di IMII. Thanks untuk teman saya Nanda yang sudah memberikan saya kesempatan untuk berbagi pengetahuan tentang digital & social media. Saya juga sangat senang bisa belajar bersama dan berkolaborasi dengan speaker lainnya di setiap sesi training. Untuk topik training, saya dipercaya untuk menyampaikan topik Digital Roadmap, Digital Marketing, Social Media & Online PR, dan Social Media for Internal Communication & Collaboration.

    Di training ini saya juga bisa belajar dari peserta dan mengetahui bagaimana peta kematangan digital industri di Indonesia sebenarnya. Digital is one of our nation potential market in the future! Serius! (lebih…)

  • 2014, The Year of Action

    2013 saya seperti melakukan hiatus. Hiatus dari menulis rutin di blog ini, ‘bersuara’ di social media, melakukan networking, sampai dengan hiatus membuat sebuah karya nyata. 

    source: http://blog.adventuresinuglyworld.com/
    image source: http://blog.adventuresinuglyworld.com/

    Alasannya? Sibuk.

    Iya, tapi sebenarnya sibuk alasan klise. Alasan sebenarnya adalah saya kehilangan gairah karena terlalu banyak melakukan planning. Iya perencanaan. Ada yang bentuknya proposal ada yang bentuknya roadmap, dsb.

    Planning itu memang penting. Tapi saya sadar, ternyata orang yang tidak pernah melakukan planning, dan langsung beraksi malah lebih punya tempat dan seperti berjalan maju (ada progress!). Itu makanya, profesi Strategist & Analyst tidak terlalu banyak di negeri ini, karena bebannya pikirannya berat. Yup, dia harus berpikir sampai ngebul, riset, menjabarkan detail setiap konsep, dsb. Tapi tidak ada penilaian / penghargaan yang fair.

    Kenapa? Karena khalayak tidak bisa melihat keindahan dari sebuah strategi, sampai strategi atau rencana tersebut dijalankan.

    Satu lagi, kebanyakan khalayak ketika sedang menjalankan sebuah rencana atau roadmap akan melupakan rencana detail yang sudah dibuat. Mereka akan fokus ke bagian-bagian yang mereka anggap penting. Analoginya: (lebih…)

  • Introduction to Full Circle #DigitalFramework

    Di tempat kerja sebelumnya, saya seringkali melihat digital hanya dari dua sisi saja, creative part & measurement part. Hasilnya, beberapa project berakhir seperti konser dengan banyak performance art, tata panggung dan cahaya yang spektakuler, diobrolkan oleh pengunjung, ya paling lama sebulan, lalu… berakhir begitu saja. Begitu tau feedback (yang nyatanya dangkal) dari konser tersebut malah sudah puas. Selanjutnya.. nanti-nanti bikin konser yang beda di konsep kreatifnya saja. 

    Tapi semenjak di tempat yang baru, dengan pikiran yang terbuka, saya banyak belajar esensi dan big picture dari sebuah kerangka digital yang utuh. Bersama teman-teman di kantor yang sebelumnya, kami mencoba menjabarkan dan melihat sebuah kolaborasi yang seharusnya dijalankan bersamaan tanpa ada judge bahwa “bagian yg ini hanya pelengkap ya.” Sehingga, kami muncul dengan sebuah kerangka hasil kolaborasi antara Creative, Optimization, dan Measurement, kami menamakannya Full Circle Digital Framework: (lebih…)