Pada waktu saya berusia balita sampai dengan SD, saya sering sekali diajak oleh Papa saya ke Toko Buku Gunung Agung yang letaknya tepat di Gedung Internusa (sekarang Pangrango Plaza & RS Siloam) di depan Kebun Raya Bogor pintu III. Di toko tersebut saya dibebaskan membaca dan memilih buku mana yang saya mau beli. Beberapa buku yang gambarnya menarik seringkali menarik perhatian saya, tapi hanya beberapa buku saja yang saya ingat pada usia tersebut hingga sekarang dan kadang seringkali terngiang cerita, tokoh, dan gagasan, dan pengalaman-pengalaman yang dihadirkan dalam buku tersebut yang membuat saya berpikir dan bertanya kenapa dan kenapa setelah saya membaca buku-buku yang sepertinya terus melekat itu.

Salah satu buku yang saya minta dibelikan di tahun 1994 adalah Peniup Seruling dari Hamerun (Pied Piper of Hamelin di versi aslinya). Buku tersebut membuat saya bingung ketika selesai membaca. Di buku yang sepertinya sudah dibuat versi lebih mudah untuk dipahami, karena untuk usia TK dan SD lalu ditambahkan gambar dan ilustrasi yang menarik, oleh pengarang, saya mendapati ada beberapa kelompok dalam buku tersebut yang sepertinya relevan terus sampai sekarang. Diantaranya adalah tokoh peniup seruling yang sangat senang sekali dengan apa yang dia lakukan, penuh kebebasan, menjunjung tinggi makna kejujuran, punya solusi; kemudian masyarakat yang dalam kondisi bimbang dan berpikir yang penting kami tidak menderita, masyarakat disini digambarkan dengan sekelompok orang dewasa yang sangat mudah disetir oleh penguasa. Setelah itu tokoh penguasa di sini diwakili oleh seorang walikota yang memimpin kotanya yang dihadapkan pada situasi wabah tikus yang ganas yang menyerang seluruh kota. Lalu di akhir ada tokoh anak-anak yang jujur, menyukai seni, dan walaupun mereka hanya anak-anak tapi mereka diberikan hak untuk memilih. Di buku ini saya belajar banyak, terutama tentang menjalani apa yang ingin kita kuasai dengan sukacita, pentingnya menepati janji, kejujuran, keserakahan dan korupsi membawa bencana, memahami konsekuensi, dan betapa tidak pantasnya anak-anak hidup dalam masyarakat yang serakah. Setiap mendapati situasi (bahkan ada di dalamnya) saya selalu teringat gagasan dan pesan dalam buku ini. Bahkan bercampur dengan gagasan yang juga ditawarkan di buku-buku lainnya.
Di tahun 2021 ini saya baru tahu bahwa buku yang saya baca itu adalah sebuah buku yang bisa masuk dalam suatu istilah, living books. Buku-buku yang tidak hanya memberikan fakta dan cerita kosong, tapi memberikan ide-ide hidup untuk budi dan karakter kita, terutama dalam pendidikan anak di metode Charlotte Mason. Dari buku itu saya seperti diberikan rasa ingin tahu yang tinggi untuk mencoba mencari jawaban kenapa kok peniup seruling itu membawa seluruh anak-anak kota ke gua yang jauh sekali di atas gunung, meninggalkan kota dengan riang. Ketika usia remaja saya sadar bahwa peniup seruling tersebut menyelamatkan anak-anak itu dari penyakit yang sebenarnya: keserakahan warga kota. Bahkan ketika ditarik ke tahun 2020, di masa pandemi ini, cerita ini relevan. Dampak living books sangat luar biasa, tapi ini hanya sebagian kecil dari sebuah perjalanan pendidikan mandiri.
Dorongan rasa ingin tahu dari anak dan inisiatifnya adalah salah satu bukti bahwa anak terlahir dari pribadi yang utuh. Kesadaran ini, walaupun telat saya sadari, tapi jadi pegangan saya untuk pendidikan anak saya. Bagaimana saya dan istri bisa menyajikan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan dan baik agar anak saya bisa tumbuh dengan baik pula. Nutrisi ide yang hidup dan berelasi satu sama lain bisa membantu menumbuhkan pribadi anak yang juga tumbuh. Jika dianalogikan dalam konteks nutrisi dalam makanan (kebetulan juga 2 tahun ini saya sedang belajar nutrisi) menyebutkan bahwa kita tahu bahwa gizi yang seimbang yang diperlukan tubuh untuk sehat adalah terpenuhinya makro, mikro, dan fitonutrisi. Jika dilakukan dengan pendekatan pola makan nabati, prinsipnya adalah nabati, kombinasi, variasi, dan rotasi (NaKoVaRo). Diperhatikan cara pengolahannya dan diterapkan secara bertahap dan konsisten. Tubuh yang sehat tentunya tidak hanya bersumber dari usaha nutrisi saja tapi berelasi dengan usaha atau aktivitas lain seperti tidur yang cukup dan berkualitas, pengelolaan stress yang baik, relasi dan komunikasi yang harmonis, dan olahraga yang dilakukan dengan rutin. Dari ragam penelitian, hasilnya bisa menguatkan tubuh dari dalam, dan tujuan kesehatan bisa diraih. Sepertinya inilah yang terdapat dalam pendidikan mandiri CM dengan relasi-relasi prinsip dan aktivitasnya. Ide-ide yang hidup dalam sanubari, ingatan, dan jiwa anak ini menemani dan membimbing budinya yang hidup untuk tumbuh dengan karakter yang bijak untuk berproses menjadi seorang yang mempunyai karakter magnaminity/insan kamil.
Satu tanggapan untuk “Ide-ide yang Hidup untuk Nutrisi Budi”
[…] Sebelumnya […]
SukaSuka