Pada waktu saya berusia balita sampai dengan SD, saya sering sekali diajak oleh Papa saya ke Toko Buku Gunung Agung yang letaknya tepat di Gedung Internusa (sekarang Pangrango Plaza & RS Siloam) di depan Kebun Raya Bogor pintu III. Di toko tersebut saya dibebaskan membaca dan memilih buku mana yang saya mau beli. Beberapa buku yang gambarnya menarik seringkali menarik perhatian saya, tapi hanya beberapa buku saja yang saya ingat pada usia tersebut hingga sekarang dan kadang seringkali terngiang cerita, tokoh, dan gagasan, dan pengalaman-pengalaman yang dihadirkan dalam buku tersebut yang membuat saya berpikir dan bertanya kenapa dan kenapa setelah saya membaca buku-buku yang sepertinya terus melekat itu.
Buku yang dibeli tahun 1994 di Toko Gunung Agung Bogor dengan harga Rp 3.500, buku ini sudah diberikan ke Rangga(lebih…)
“Sepertinya ada yang belum terjawab? Kenapa ya?” kata Charlotte Maria Shaw Mason di setiap malam yang tenang di kamarnya dikala ia mengevaluasi ragam pemikiran filsuf masa lalu. Kira-kira mungkin seperti itu reka ulang imajinasi saya ketika membayangkan situasi yang terjadi puluhan tahun silam
Bertahun-tahun mempelajari tentang pemikiran para filsuf terdahulu dan menjadi praktisi pendidikan membuat Charlotte Mason (CM) resah, gelisah dan tidak puas. Seperti ada kurang dan belum menjawab hal-hal yang penting seutuhnya dalam pendidikan, dalam hidup. Apalagi ketika melihat sistem pendidikan Inggris dan Eropa pada saat itu dimana terlihat banyak kegagalan. Banyak saran, opini, model dan modul terhadap sistem pendidikan tapi belum menjawab pendidikan karakter yang bisa lebih adaptif terhadap situasi, lebih holistik dan berlandaskan hukum kebenaran yang universal.
Keresahan yang dirasakan oleh CM terasa sekali dari paparan Mba Ayu di kelas fondasi CM bagian kedua yang menceritakan tentang usaha CM selama 30-40 tahun untuk menguji segala metode pendidikan dengan menggunakan proses induktif dan aplikatif. Perjalanan CM akhirnya membuahkan suatu bentuk, suatu panduan, bukan dalam metode kaku, tapi dalam prinsip. Ya, prinsip. Sebuah kata yang membuat kami para peserta bingung dan merasa ‘malam Sabtu ini lumayan berat yah’ 🙂
Apa itu prinsip? Apakah di dalam prinsip ada motif? Apakah prinsip itu sesuatu yang pasti akan berlaku setiap waktu dalam setiap individu? Prinsip kamu apa?
Pertanyaan demi pertanyaan hadir dalam diskusi. Ini membuat saya semakin berpikir dan kembali mempertanyakan tujuan dari pendidikan yang muncul di pertemuan pertama.
Ada apa dengan prinsip dan kenapa harus prinsip dalam pendidikan anak?
Prinsip sangat penting dalam filosofi pendidikan CM. Prinsip akan menjadi fondasi dan landasan individu (misalnya anak) akan merespon dan bertindak terhadap suatu hal. Prinsip akan memandu manusia untuk bertindak selaras dan melakukannya dengan penuh kesadaran. Sesuatu bisa jadi prinsip, bukan hanya dibicarakan saja, tapi juga dipahami. Dengan adanya prinsip, pendidikan akan lebih adaptaif tidak lagi mengkotak-kotakan metode yang dipakai tapi akan lebih menyesuaikan dengan situasi keluarga, lingkungan, dan tak lekang oleh waktu.
Lalu apa saja prinsip atau butir dalam pendidikan CM?
Prinsip dalam memandang anak: anak sebagai individu yang utuh
Dalam memandang anak, kita menerapkan sudut pandang dan harus memahami betul bahwa anak merupakan manusia yang dari lahir mempunyai kepribadian yang utuh. Setiap anak sudah punya template-nya masing-masing dan bukan sebagai ember kosong atau kertas kosong yang bisa diisi sesuka hati secara otoriter tanpa kesepakatan
Cara berkomunikasi dan berelasi dengannya, sama dengan kita berelasi dengan manusia lainnya. Setara, semartabat, dan saling menghargai. Kesepakatan, sadar akan haknya dalam menentukan pilihan, dan memfasilitasinya untuk bisa belajar memenuhi kewajibannya adalah bagian dari proses pemenuhan prinsip
Yang perlu dipahami adalah, bahwa anak tidak pakem baik dan buruk tapi ada kemungkinan baik dan buruk
Prinsip dalam otoritas dan ketaatan: keduanya bersifat alamiah dan dibatasi oleh respect
Otoritas dan ketaatan berlaku bagi semua orang, baik diterima atau tidak itu adalah sesuatu yang alamiah yang harus dipenuhi untuk menciptakan keharmonisan
Namun dalam menerapkannya kepada anak, kita sebagai orang tua harus menghargai kepribadiannya, karena otoritas bukanlan lisensi untuk menyakiti anak.
Orang tua dilarang mempermainkan rasa cinta, rasa takut, sugesti, atau kharisma, atau hasrat-hasrat alamiah anak lainnya
Prinsip dalam instrumen pendidikan: Pendidikan adalah atmosfir, disiplin, kehidupan
Pendidikan adalah atmosfir ini saya memahami bahwa anak mempunyai kebebasan dalam berpikir dan belajar dari aktivitas alamiah kesehariannya yang nyata. Bukan menciptakan atmosfir yang dibuat-buat atau artifisial
Pendidikan adalah disiplin – sesuatu yang dilakukan secara rutin, terencana, sehingga melahirkan kebiasaan-kebiasaan yang positif yang berkelanjutan. Bukan dengan paksaan, tapi dengan berkesadaran. Sedikit demi sedikit lama-lama jadi habit.
Pendidikan adalah hidup. Ragam pengetahuan, wawasan, gagasan adalah hak anak untuk mendapatkannya. Orang tua didorong untuk memfasilitasinya ketika anak yang secara naluri dan alamiah mempunyai rasa ingin tahu dengan hal tersebut. Karena ini akan menjadi bekal hidup seiring tumbuhnya usia. Mungkin di usia awal anak, orang tua sebagai mentor, tapi seiring berkembangnya usia, orang tua bisa saja menjadi teman belajar bersama.
Prinsip dalam penerapan instrumen pendidikan: paham tentang perilaku akalbudi dan betapa luar biasanya pikiran dan kemampuan anak dalam belajar
Akalbudi adalah berkah Sang Pencipta yang ada dalam anak kita. Akalbudi ini dirancang untuk menerima, mengolah pengetahuan menjadi sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu, melatih anak untuk memanfaatkan akalbudinya sangat perlu dilakukan.
Akalbudi bersifat aktif, tidak pasif. Metode belajar dengan narasi yang indah, berdiskusi, dan mengaitkannya dengan hal-hal nyata yang ada di sekitarnya lebih penting dibanding membebani anak dengan tsunami informasi.
Menyajikan fakta dan alasan dalam menyajikan ide sesuai dengan minat, bukan sebagai doktrin tanpa latar belakang.
Menggunakan pendekatan yang kontekstual dalam setiap topik pendidikan. Sehingga anak bisa menghubungkan dan merelasikan pengetahuan tersebut dengan masalah atau kebutuhan yang ada. Bukan pengetahuan yang akhirnya tidak ada manfaatnya.
Rancang kurikulum tanpa membedakan kelas sosial (prinsip kesetaraan) dengan mempertimbangkan tiga aspek: kuantitas, variasi, dan kualitas
Prinsip sekali baca (single reading) kemudian dinarasikan harus disiplin dilakukan. Bukan dengan model pengulangan terus menerus yang melemahkankan. Pengetahuan hanya akan menjadi hafalan saja jika proses pengulangan bacaan dilakukan. Untuk anak bisa memiliki pengetahuan tersebut harus dinarasikan dan dipraktikkan.
Prinsip dalam pembimbing pertumbuhan moral dan intelektual anak: mengenalkan hukum kehendak (the way of the will) dan hukum nalar (the way of reason)
Anak diajari agar bisa membedakan keinginan dan kebutuhan, sehingga ia bisa mempunyai kemampuan dalam berkehendak. Pengalaman mencoba kegiatan secara spontan, baik berhasil ataupun gagal merupakan proses pertumbuhan moral dan intelektual yang baik. Cara ini tidak membunuh orisinalitas karakternya.
Anak diajari cara mengelola nalar terhadap sesuatu ide, gagasan, atau situasi yang harus ia kehendaki. Tujuannya agar ia bisa menentukan pilihannya secara sadar, tahu resiko, tidak asal-asalan. Pada akhirnya anak bisa belajar kecewa dan bahagia dari pilihannya itu.
Prinsip dalam menerapkan kebenaran: sains dan spiritual tidak terpisah. Keduanya saling melengkapi
Kebenaran universal adalah kebenaran yang berlaku dan hadir dalam setiap insan, karena kebenaran itu berasal dari Tuhan.
Kebenaran yang didapat dari proses sains dan spiritual bisa diterima oleh anak sebagai kebeneran yang memandunya untuk seimbang dalam hidup di dunia
Menarasikan prinsip CM ini membuat saya dan istri punya sekali banyak PR, bukan PR bagi anak tapi bagi kami sebagai orang tua. Karena pada hakikatnya prinsip yang adaptif terhadap ragam situasi keluarga, lingkungan dan jaman ini akan bisa jadi prinsip kami ketika kami paham dan mencoba menerapkannya sedikit demi sedikit dalam keseharian. Mudah untuk dibaca butuh proses dan usaha untuk bisa diinternalisasi dalam perjalanan berlajar caranya hidup saya, Fety, dan Rangga.
Saya pernah ikut sebuah talkshow pada tahun 2006 silam tentang self-development. Dari talkshow tersebut dibahas suatu konsep yang menarik tentang bagaimana membaca buku bisa mengubah seseorang di masa depan. Kira-kira konsepnya seperti ini:
keadaan kita hari ini adalah cerminan dari apa yang kita baca lima tahun lalu. Diri kita lima tahun yang akan datang adalah sebuah hasil dari apa yang kita baca hari ini
Strategi Digital yang efektif memang tidak bisa disamaratakan untuk semua bidang, baik itu untuk brand, gerakan sosial, maupun kampanye untuk sebuah produk startup. Setiap industri pasti memiliki environment dan insight yang berbeda. Tapi jika kita mempelajari beberapa Studi Kasus beberapa Strategi Digital yang sukses dan efektif, ada beberapa kesamaan yang bisa menjadi referensi.
1. Berangkat dari konsep yang jelas.
Dalam menyusun konsep dari suatu strategi digital yang efektif, kita bisa memulainya dari sebuah insight yang kuat. Insight yang powerful bisa didapat dari riset yang benar. Sebelum memulai riset, seorang Strategist (orang yang bertanggung jawab dalam menyusun strategi) harus benar-benar bisa menggali insight dari brand & produk itu sendiri, target audience, dan market.
Beberapa brand dan startup yang sukses memulainya dengan melakukan beberapa riset primer dan sekunder dari target audience. Untuk yang riset primer, biasanya mereka melakukan Focus Group Discussion, face-to-face interview, atau mencari langsung Share of Voice dari social media dimana target audience yang banyak berkumpul. Sedangkan riset sekunder bisa didapat dari report / hasil riset pihak lain
Setelah mendapatkan insight dari Target Audience, baru kemudian dikawinkan dengan Brand dan Product Values untuk menemukan WHY? Marketing Guru, Simon Sinek dengan jelas mengatakan “Start with Why?” agar bisa meninspirasi konsumen untuk mengambil action yang kita mau.
“People don’t buy what you do; people buy why you do it.”
Simon Sinek
2. Menentukan Channel utama dan Supporting Channel yang tepat.
Strategi Digital yang ciamik ternyata tidak harus menggunakan semua channel untuk melakukan promosi. Belum tentu setiap channel itu pas dengan Target Audience. Apakah website ternyata menjadi channel utama, dan Social Media / mobile yang menjadi channel pendukung, atau bisa sebaliknya.
Ketika memilih Social Media pun sebaiknya dipikirkan SM mana yang pas. Ya kita tahu bahwa Indonesia menjadi pengguna Facebook kedua tertinggi di dunia, dan menjadi Negara paling cerewet di Twitter, tapi apakah benar itu channel yang pas untuk produk kita? Belum tentu.
Ambil contoh, produk kita adalah sebuah device pelacak truk tambang yang terintegrasi dengan web yang digunakan oleh para manager operasional atau suatu sistem yang berguna untuk perusahaan yang mengandalkan teknologi terbaru (produk B2B),
Mereka jarang menggunakan Facebook, apalagi twitter. Yang paling sering mereka akses hanya email, search engine untuk mencari informasi, dan online news. Jadi jelas sekali social media bukan channel yang tepat, malah Website/Blog menjadi channel utama dengan pendekatan e-Direct Marketing, dan strategi SEO & Media Placement/Online Advertorial, atau mungkin Brand Content Experience di sebuah online media menjadi pilihan yang paling efektif.
Buat strategi dan pilih channel yang sesuai dengan karakter audience kita.
3. Fase Campaign yang terarah, mempunyai benang merah, dan sesuai dengan Marketing Plan.
Banyak strategi digital yang gagal “kena” di hati audience karena hal yang sederhana: Konsistensi. Banyak brand yang melakukan A, B, C Campaign, tapi dalam setiap campaign tidak ada konsistensi dari sisi message dan tone. Disamping itu, inkonsistensi terlihat jelas antara Digital dan ATL (Above-The-Line)/BTL.
Buatlah fase campaign yang terintegrasi antara online dan offline. Pilih jenis campaignnya, apakah digital driven yang berarti ATL/BTL sebagai support, atau sebaliknya.
4. Orisinalitas Konten.
Konten yang bisa meluluhkan, menginsipirasi, dan mempengaruhi konsumen adalah suatu keharusan. Konten tersebut bisa masuk ke dalam alam bawah sadar sehingga membuat mereka membicarakan, membeli, bahkan mencintai sebuah brand & produk. Konten yang seperti ini harus konten yang original.
Konten yang original bukan berarti konten tersebut benar-benar asli dan tidak bisa ditemui dimanapun, tetapi konten yang mengambil angle lain yang sesuai dengan Target Audience.
5. Endorser yang tepat dengan konten yang relevan,
Sama dengan sebuah campaign ATL/BTL,dalam strategi digital penggunaan endorser bisa menjadi salah satu tools pendukung yang efektif. Pilih endorser sesuai karakter brand kita, jangan pilih berdasarkan popularitas saja. Endorser di dunia digital sering disebut dengan KOL (Key Opinion Leader), para KOL ini mempunyai massanya masing-masing dan gaya komunikasinya sendiri, baik didalam blog atau follower dari KOL tsb. Tujuan utama dari penggunaan KOL adalah menciptakan conversation terhadap brand / produk kita.
KOL ini tentu saja bisa berbayar atau tidak berbayar, tergantung dari seberapa bernilainya brand/produk kita dimata mereka. Ada banyak campaign yang menggunakan paid influencer/KOL berbayar tapi hasilnya kurang maksimal, karena mereka tidak menimbulkan impact yang luas, konten yang terlalu jelas bahwa konten tersebut berbayar, dan tidak relevan dengan brand.
Jika memang berbayar, sebaiknya menggunakan strategi efek bola salju agar hasilnya maksimal dengan konten yang relevan dan natural (jangan terlihat seperti berpromosi).
6. Mempunyai Measurement Framework yang sesuai dengan business objectives.
Kita akan tahu bahwa strategi digital yang dibuat apakah berhasil dan efektif berdasarkan hasil yang kita dapat. Tapi hasil yang seperti apa? Bagaimana untuk mengetahui hasilnya (Output dan Outcome)? Pertanyaan seperti ini bisa kita jawab ketika kita mempunyai sebuah kerangka pengukuran / Measurement Framework.
Measurement Framework yang benar, tidak melihat dari metrics apa yang akan dipakai, tapi melihat objective bisnis/campaignnya apa. Kemudian darisitu, kita menentukan kira-kira metrics yang utama apa, dan KPInya berapa.
Saat ini, masih banyak yang terjebak dalam metrics yang tidak menjawab kebutuhan bisnis, seperti dalam social media, , banyak yang lihatnya dari berapa jumlah likes, dsb. Sedangkan ada Metrics lain yang lebih menjawab kebutuhan brand.
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana measurement framework yang menjawab business objectives.
7. Optimisasi dari semua asset digital yang kita punya.
“Strategi yang ok sudah dibuat, endorser sudah berjalan, konten sudah perfect, channel yang dipilih sudah relevan tapi kenapa masih kurang efektif ya?”
Beberapa brand manager dan digital marketer banyak mengeluh hal yang serupa. Setelah dilihat problemnya, ternyata banyak dari asset digital yang mereka punya tidak teroptimisasi dengan baik, misalkan ternyata dalam salah satu halaman dari website kita ada struktur kode/elemen yang tidak ramah terhadap search engine, timing pada saat kita melakukan twitter update tidak sesuai dengan audience kita, desain kreatif yang ada di cover facebook page kita sangat tidak sesuai dengan brand values, dsb.
Optimisasi dalam setiap asset digital tidaklah mudah. Perlu perhatian detail terhadap setiap bagian. Maka ada baiknya dilakukan review minimal sekali setiap minggunya untuk mengetahui apakah kita semakin membaik atau malah jauh dari efektif.
Mungkin sudah tidak asing lagi dengan SlideShare, social media yang mengangkat kekuatan slides / presentasi untuk berbagi knowledge. Baru saja hari ini diumumkan, bahwa Slideshare meluncurkan fitur Infographic Player, dimana pengguna bisa mengunggah dan menikmati konten dalam bentuk Infographic.
Sudah kita ketahui bahwa, Infographic semenjak akhir tahun 2011 lalu menjadi salah satu konten yang “naik daun” dan dicari oleh Netizen. Dan menariknya, Infographic jadi salah satu konten yang mempunyai tingkat shareability paling tinggi. Untuk menjawab penetrasi konten yang semakin meningkat, Slideshare menjawabnya dengan mengeluarkan fitur yang ditunggu-tunggu oleh pengguna loyalnya.
Dengan semakin bertambahnya pengguna global, dan akuisisi Slideshare oleh LinkedIn, sudah bisa dipastikan channel ini patut diperhitungkan posisinya dalam fase distribusi Content Marketing bagi brand / organisasi / atau individu dalam menyampaikan values dan ideas kepada target audiencenya.
Bulan Ramadhan tidak menyurutkan aktivitas kami untuk melakukan kopdar. Yak, kopdar Social Media Strategist Club, atau yang lebih dikenal dengan #SMSCHore kembali diadakan Jumat (19/07) lalu, dengan mengangkat topik “Viral Marketing”.
– Ambience #SMSCHore yang selalu ramai dan seru
Di kopdar yang ke-5 ini, SMSCRockStar yang sharing ialah Mu’min Santoso (@msantoz), VP Marketing Service, Alfa Merah Kreasi (Semut Api Colony & Klix Digital) dan Elvira Puspasari Chandra (@elvirapc), Brand Associate, Nutrifood Indonesia.
– @msantoz & @elvirapc
Alhamdulillah, setiap #SMSCHore yang kami adakan selalu “padat merayap” baik dari member, maupun dari sponsor yang berpartisipasi. Ramai dan serunya kopdar #SMSCHore di bulan Ramadhan ini tidak lepas dari kontribusi para moderator dan co-moderatornya, juga antusiasme para membernya yang growth-nya sangat positif.
Untuk yang tidak sempat datang, berikut adalah presentasi dari kedua speakers, Enjoy ☺
Dalam rangka mendukung Hari Earth Hour yang pada tahun ini jatuh pada hari ini (23/03), Nadya Hutagalung yang merupakan duta Earth Hour sejak 2008 menggalang gerakan #Listen2Earth bersama komunitas Green Kampong
Gerakan #Listen2Earth tidak berhenti hanya dengan aktifitas sharing di media twitter dan instagram. Didukung oleh beberapa kolaborator, greenkampong.com membangun sebuah aset digital berupa hashtag visualization engine yang akan melacak hashtag-hashtag utama dari gerakan Earth Hour (akan live menjelang EarthHour)
Mengenai alasan utama yang mendasari pembuatan visualization engine yang bisa dilihat di www.greenkampong.com/listen2earth. Nadya Hutagalung, pendiri dari komunitas greenkampong.com menyatakan” Green Kampong dan RAcK Digital, salah satu kolaborator & pendukung Earth Hour, memutuskan untuk bersama-sama menunjukkan kepada komunitas global, kekuatan collective dari aksi-aksi individual. Keberhasilan program Earth Hour dan tingginya semangat perubahan membuat kami ingin menunjukkan dampak positive yang dibuat oleh para individu”.
“Hashtag #Listen2Earth kami pilih karena sudah waktunya kita mulai mendengarkan gejala-gejala ketidakseimbangan lingkungan. Kami melihat media digital memungkinkan penggabungan 3 kekuatan yaitu komunitas – kreatifitas – Kurasi data”, ujar Savitri Wibisarto dari RAcK Digital yang diamini oleh Ridho Putradi dari InboundID.
Didukung oleh NoLimitID & Rolling Glory yang juga sempat mendukung visualisasi dari pemilihan gubernur Jakarta 2012, Nadya berharap netizen akan menyadari besar dan indahnya dampak aksi individual terhadap kelangsungan keseimbangan lingkungan. Untuk membantu penyebaran content dan hasil dari aktifitas ini, Green Kampong juga didukung oleh InboundID sebuah perusahaan inbound marketing di Jakarta.
Sosial media sudah menunjukkan bahwa peran luar biasa dalam keberhasilan project Earth Hour di Indonesia dimana jumlah kota yang ikut serta mendukung program ini berkembang 4 kali lipat dari 5 kota di tahun 2011 menjadi 21 kota di tahun 2012. Menurut Nadya “Dengan percaya bahwa kita SEMUA bisa menjadi change-makers, langkah awal untuk mebuat perubahan sudah terjadi. Dan seperti yang selalu saya percaya, People Power Saves the Day!”
Warning: Ini bukan kisah Hobbit dan petualangannya yang sedang ramai diperbincangkan, tapi ini kisah tentang petualangan saya selanjutnya. Kalau teman-teman tertarik, dengan senang hati silahkan melanjutkan, tapi kalau tidak tertarik sama sekali, teman-teman boleh kok untuk pindah channel (saya akan menganggapnya sebagai bounce rate visit :P)
Once upon a time…
Sudah hampir mencapai 2 tahun saya bekerja di sebuah Digital Agency yang bisa dibilang masuk dalam ke golongan Incumbent Digital Agency di Indonesia. Golongan Incumbent ini didasari oleh beberapa faktor, diantaranya kategori klien yang dihandle (brand multinasional, jumlah project yang dikerjakan, billing yang didapatkan dari project tsb), disamping itu bisa dilihat dari komposisi pegawainya, partnership agency dengan nasional dan multinasional institusi/perusahaan, sampai dengan annual income revenue-nya. Akan tetapi dengan berjalannya waktu, roda selalu berputar. Posisi Incumbent ini bisa saja berganti sesuai dengan kinerja Agency tsb setiap tahunnya.
Rangers in Blue (Image by @msantoz)
Selama bekerja di Digital Agency ini, yaitu Klix Digital, saya mendapatkan banyak sekali pengalaman dan ilmu yang didapat dari berbagai macam bidang. (serius, kalau mau dapat banyak ilmu dengan waktu yang cukup singkat, bisa coba jalur agency. Saya jamin 1 tahun bisa sama dengan ± 2.5 – 3 tahun kerja di tempat biasa. Syaratnya: energi dan nyali harus cukup besar).
Rangers in Grey (image by @olaanshami)
Di Klix, saya mengerjakan banyak project (campaign, konsultasi, training, product development) dari beberapa brand nasional dan multinasional. Melihat perkembangan tumbuh-kembang perusahaan ini memberikan pengalaman yang sangat berharga, bagaimana Klix bisa tumbuh dari 10 orang ke 15, lalu ke 30, sampai dengan 50 orang. mungkin jika digabungkan dengan satu sister company (Semut Api) bisa mencapai lebih dari 120 orang. Apalagi digabungkan dengan keseluruhan grup, Merah putih Inc. (Inkubator Start-Up), Ansvia (Mindtalk), MediaXAsia, dan beberapa entitas bisnis lain.
Brainstormin Session in Klix (Image by @olaanshami)
Selama bekerja, ada kesuksesan ada kegagalan. Kesuksesan dari campaign/project yang dikerjakan sama dengan kesuksesan dari brand tersebut untuk menyampaikan pesan kepada target market di channel digital, sehingga mereka tertarik untuk mencoba, membicarakan, berinteraksi, membeli produk, sampai dengan mengajak orang lain untuk ikut membeli produk dari brand tersebut. Seiringnya dengan waktu, dan apa yang benar-benar saya temukan, perlahan tapi pasti, kesuksesan tersebut mulai mengganggu hati nurani. Makin lama semakin membesar, ada perasaan tidak nyaman tentang kesuksesan sebuah program PR / Marketing: why It’s all about business impact?
Social Media Festival 2012 sudah lewat, namun masih ada peer yang harus saya kerjakan: sharing presentasi di kelas Akademi Berbagi (Akber)! Ini kali pertamanya, #SMSC berkolaborasi dengan Akademi Berbagi. Sebelumnya #SMSC berkolaborasi dengan Fresh di Social Media Festival 2011, dengan mengumpulkan pihak agency, brand, endorser (buzzer/KOL), dan quiz hunter dalam satu sesi talkshow yang unik.
Dalam Social Media Festival 2012, #SMSC yang bertujuan untuk berbagi dan mengembangkan pengetahuan tentang digital & social media di Indonesia, dan Akademi Berbagi yang konsisten membuat kelas berbagi pengetahuan, mengangkat topik “Indonesia Digital & Social Media Case Study”. Dalam kelas tersebut, #AkberSMSC menghadirkan Case Study pilihan dari dua brand besar di Indonesia, yaitu Acer Indonesia dan Cornetto Ice Cream dari Unilever. So, Untuk lebih jelasnya silahkan menikmati presentasi berikut:
Industri Game di Indonesia mulai unjuk gigi! Salah satu yang menarik adalah project Game Asli Indonesia Dewa Ruci yang menjadi salah satu bagian dari project Wujudkan.com, sebuah website crowdfunding dari Indonesia. Berikut adalah kutipan dari tim Magato Studio di Wujudkan.com:
Dewa Ruci merupakan cerita perjalanan Bratasena / Bhima dalam mencari air kehidupan. Cerita ini merupakan cerita adaptasi yang berasal ASLI dari Indonesia walaupun menggunakan tokoh-tokoh dari Mahabaratha.
Kami, MAGATO Studio ingin menceritakan kembali cerita penuh pesan moral dan kepahlawanan ini melalui sebuah media yang lebih INTERAKTIF. Game menjadi pilihan kami agar cerita ini tidak berkesan kuno dan dapat diterima oleh kalangan dengan usia yang lebih muda.
Game Dewa Ruci ini akan kami distribusikan di Portal Aplikasi Komputer Apple dengan GRATIS! dengan opsi In-Apps Purchase. Melalui game ini, kami Magato Studio ingin menunjukkan kekayaan budaya Indonesia dalam hal visual, musical & storytelling.
Setiap manusia pasti mempunyai motivasi dalam setiap perilakunya. Tetapi bagaimana caranya memaksimalkan gelombang motivasi yang selalu naik turun tidak menentu ini dan mengambil manfaatnya? Brandon Ly, menjelaskan secara rinci dalam slide presentasinya:
Vox Media akhirnya meluncurkan Polygon, website yang membahas tentang gaming tidak hanya dari product game saja, tetapi membahas secara juga tentang industri, pembuat, pemain, sampai dengan analisa mendalam tentang masa depan dunia game.
Yang menarik dan perlu diapresiasi adalah keseriusan dalam pembuatan website ini yang hampir mencapai satu tahun. Tim yang menjadi energi dalam website ini pun tidak main-main, ada banyak senior & expert media dan industri game.
Sebelumnya Polygon, muncul dalam website saudara kandungnya The Verge, theverge.com/gaming. Tidak hanya serius dalam menggarap konsepnya, Tim Polygon juga membuat Web Series yang menceritakan proses pembuatan web dari awal hingga siap diluncurkan.
Saya yang termasuk pembaca setia The Verge (bahkan sampai blog header di dalam blog ini mengadopsi tone & manner web tsb) menyukai User Interface & Experience dari Polygon. Semoga industri gaming dunia menjadi semakin tereksplor dan kita bisa mengambil pelajaran berharga bahwa perpaduan dari content, design, community, & strategy akan menghasilkan suatu karya masterpiece.
So, apakah ada ide untuk industri Gaming di Indonesia ?