Warning: Ini bukan kisah Hobbit dan petualangannya yang sedang ramai diperbincangkan, tapi ini kisah tentang petualangan saya selanjutnya. Kalau teman-teman tertarik, dengan senang hati silahkan melanjutkan, tapi kalau tidak tertarik sama sekali, teman-teman boleh kok untuk pindah channel (saya akan menganggapnya sebagai bounce rate visit :P)
Once upon a time…
Sudah hampir mencapai 2 tahun saya bekerja di sebuah Digital Agency yang bisa dibilang masuk dalam ke golongan Incumbent Digital Agency di Indonesia. Golongan Incumbent ini didasari oleh beberapa faktor, diantaranya kategori klien yang dihandle (brand multinasional, jumlah project yang dikerjakan, billing yang didapatkan dari project tsb), disamping itu bisa dilihat dari komposisi pegawainya, partnership agency dengan nasional dan multinasional institusi/perusahaan, sampai dengan annual income revenue-nya. Akan tetapi dengan berjalannya waktu, roda selalu berputar. Posisi Incumbent ini bisa saja berganti sesuai dengan kinerja Agency tsb setiap tahunnya.

Selama bekerja di Digital Agency ini, yaitu Klix Digital, saya mendapatkan banyak sekali pengalaman dan ilmu yang didapat dari berbagai macam bidang. (serius, kalau mau dapat banyak ilmu dengan waktu yang cukup singkat, bisa coba jalur agency. Saya jamin 1 tahun bisa sama dengan ± 2.5 – 3 tahun kerja di tempat biasa. Syaratnya: energi dan nyali harus cukup besar).

Di Klix, saya mengerjakan banyak project (campaign, konsultasi, training, product development) dari beberapa brand nasional dan multinasional. Melihat perkembangan tumbuh-kembang perusahaan ini memberikan pengalaman yang sangat berharga, bagaimana Klix bisa tumbuh dari 10 orang ke 15, lalu ke 30, sampai dengan 50 orang. mungkin jika digabungkan dengan satu sister company (Semut Api) bisa mencapai lebih dari 120 orang. Apalagi digabungkan dengan keseluruhan grup, Merah putih Inc. (Inkubator Start-Up), Ansvia (Mindtalk), MediaXAsia, dan beberapa entitas bisnis lain.

Selama bekerja, ada kesuksesan ada kegagalan. Kesuksesan dari campaign/project yang dikerjakan sama dengan kesuksesan dari brand tersebut untuk menyampaikan pesan kepada target market di channel digital, sehingga mereka tertarik untuk mencoba, membicarakan, berinteraksi, membeli produk, sampai dengan mengajak orang lain untuk ikut membeli produk dari brand tersebut. Seiringnya dengan waktu, dan apa yang benar-benar saya temukan, perlahan tapi pasti, kesuksesan tersebut mulai mengganggu hati nurani. Makin lama semakin membesar, ada perasaan tidak nyaman tentang kesuksesan sebuah program PR / Marketing: why It’s all about business impact?